Artis Jonathan Frizzy Terseret Kasus Obat Keras dalam Vape, Ini Faktanya


Koran.co.id – Aktor sinetron terkenal Jonathan Frizzy resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus peredaran vape mengandung zat etomidate, obat keras yang masuk dalam pengawasan ketat Undang-Undang Kesehatan. Penetapan ini diumumkan usai pemeriksaan di Polres Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (4/5/2025).

Dalam video yang beredar, Jonathan Frizzy terlihat mengenakan baju tahanan oranye dan masker hitam, saat digiring petugas ke ruang pemeriksaan. Meskipun dalam kondisi kurang sehat, ia tetap kooperatif selama pemeriksaan berlangsung.

Menurut pihak kepolisian, kasus ini merupakan hasil pengembangan dari penangkapan tiga pelaku lain—BTR, EDS, dan ER—yang membawa vape mengandung etomidate dari luar negeri. Dari hasil penyelidikan, nama Jonathan Frizzy muncul sebagai pihak yang diduga terlibat dalam distribusi produk tersebut.

Jonathan dijerat Pasal 435 subsider Pasal 436 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan juncto Pasal 55 KUHP. Ancaman hukumannya mencapai 12 tahun penjara atau denda hingga Rp 5 miliar.

Meski telah ditetapkan sebagai tersangka, pihak kepolisian masih mempertimbangkan kondisi kesehatannya dalam proses lanjutan, termasuk kemungkinan penahanan.

Program Pembinaan ala Militer Dedi Mulyadi Diprotes Wali Murid, Diduga Langgar HAM

Koran.co.id  – Seorang wali murid asal Bekasi, Adhel Setiawan, secara resmi melaporkan mantan Bupati Purwakarta dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Laporan ini terkait dengan kebijakan Dedi Mulyadi yang mengirim siswa bermasalah ke barak militer sebagai bagian dari program pembinaan disiplin. Laporan tersebut juga disampaikan ke Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Didampingi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pendidikan Indonesia, Adhel menilai program militerisasi terhadap pelajar ini berpotensi melanggar hak-hak anak. Program Barak Militer untuk Siswa Dinilai Tidak Manusiawi Program ini dirancang untuk siswa yang dianggap “nakal” atau sulit dibina. Dedi Mulyadi menyatakan bahwa pendekatan militer memberikan efek kejut yang efektif dalam menurunkan tingkat kenakalan remaja, termasuk bolos sekolah dan pergaulan bebas. Namun, kebijakan ini menuai kritik tajam dari berbagai kalangan...