Koran.co.id — Bahasa dan komunikasi kerap dipandang sebagai keterampilan teknis, padahal keduanya memiliki potensi besar sebagai sarana pemberdayaan. Gagasan inilah yang menjadi landasan kiprah Omar Danishwara, fasilitator, pelatih komunikasi, dan pengajar Bahasa Indonesia yang aktif di dalam dan luar negeri.
Omar memulai karier sebagai penyiar di Radio Republik Indonesia Pro 2 Yogyakarta. Ia kemudian mengembangkan pengalamannya di bidang manajemen, antara lain sebagai Business Development Manager di Pemimpin.id dan General Manager Rumah Wijaya di bawah naungan Ganara.Art.
Kini, ia dikenal sebagai pelatih komunikasi dan public speaking untuk berbagai institusi pendidikan, komunitas, dan kalangan profesional. Pendekatannya menekankan pentingnya empati, kesadaran diri, dan pemanfaatan seni dalam proses pembelajaran komunikasi.
“Bahasa dan komunikasi adalah fondasi peradaban. Ketika digunakan secara sadar dan inklusif, keduanya dapat menjadi katalisator perubahan yang memberdayakan individu maupun komunitas,” ujar Omar.
Kiprah Internasional dan Diplomasi Bahasa
Pengalaman Omar tak hanya terbatas di Indonesia. Ia pernah menjadi dosen tamu di tiga universitas di Tiongkok, yakni Yunnan Minzu University, Xi’an International Studies University, dan Guangxi University. Di sana, ia mengajar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari program diplomasi budaya dan pendidikan lintas negara.
Peran tersebut memperkuat posisi Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang tidak hanya relevan secara domestik, tetapi juga memiliki daya jangkau internasional dalam konteks komunikasi antarbangsa.
Dorong Kepemimpinan Inklusif
Meski tak lagi menjabat struktural di Pemimpin.id maupun Ganara.Art, Omar terus terlibat dalam berbagai inisiatif kolaboratif. Ia berkontribusi dalam ekosistem pembelajaran Parakawan, termasuk Ruber Academy, dan menjadi Associate Trainer di sejumlah institusi seperti Tempo Institute, Maxima, The New You Institute, dan Mindshift.
Materi yang ia bawakan berfokus pada komunikasi strategis, kepemimpinan sadar, serta pengembangan pribadi berbasis coaching dan mindfulness.
Komitmen terhadap Inklusi dan Kampanye Sosial
Selain aktif melatih, Omar juga mengembangkan platform dan komunitas global yang mempromosikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa konektor antarbudaya. Ia turut memfasilitasi kampanye sosial, salah satunya 1 Million Stop Bullying: Buddy Pekerti Movement, bersama Ruber Innovation Lab.
Dalam pelatihan yang ia rancang, Omar memadukan teknik komunikasi dengan pendekatan seni peran dan seni rupa. Hal ini menciptakan pengalaman belajar yang bersifat ekspresif, reflektif, dan kontekstual.
Dengan rekam jejak lintas sektor dan semangat kolaboratif, Omar Danishwara menunjukkan bahwa komunikasi bukan hanya soal pesan yang tersampaikan, tetapi tentang pemahaman, kesetaraan, dan perubahan sosial yang berkelanjutan.
(Red)
0Komentar