Butuh Uluran Tangan, 356 Anak Terlantar di Wonogiri Butuh Perhatian dari Pemerintah



InilahBean.com - Wonogiri

Sebanyak 356 anak usia bawah lima tahun (balita) dan anak usia enam hingga 18 tahun di Wonogiri telantar. Mereka membutuhkan perhatian lebih dari masyarakat.


Baca Juga :

Bahkan, jika memungkinkan diadopsi agar mereka mendapat kasih sayang seperti anak pada umumnya. Data penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Kabupaten Wonogiri 2021 yang diperoleh Solopos.com dari Dinas Sosial (Dinsos), belum lama ini, menyebutkan anak balita telantar tercatat sebanyak 33 orang.


Baca Juga : 


Perinciannya 14 anak laki-laki dan 19 anak perempuan. Anak telantar jauh lebih banyak, yakni 323 orang terdiri atas 192 anak laki-laki dan 131 anak perempuan. Mereka tersebar di berbagai kecamatan.

(foto ilustrasi dilansir dari laman web di google)


Baca Juga : 


Anak balita telantar adalah anak berusia kurang dari lima tahun yang ditelantarkan orang tua meski orang tuanya sebenarnya mampu mengasuh.


Baca Juga : 

Pengertian lainnya anak berada dalam keluarga tidak mampu yang orang tua/keluarganya tidak mengasuh, merawat, membina dan melindungi sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi.


Baca Juga :

Sementara anak telantar adalah anak berusia 6-18 tahun yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan orang/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.


Baca Juga : 

Butuh Uluran Tangan
Kepala Dinsos Wonogiri, Kurnia Listyarini, kepada Solopos.com, menyampaikan anak yang perlu mendapat perhatian bukan hanya anak perempuan yang ditemukan di tepi jalan dekat jembatan Kelurahan Wuryorejo, Wonogiri, beberapa waktu lalu.


Baca Juga :

Masih banyak anak balita telantar dan anak telantar yang membutuhkan uluran tangan. Bahkan, jika memungkinkan mereka diadopsi agar memperoleh kasih sayang seperti anak pada umumnya. Oleh karena itu, Dinsos memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa anak yang perlu diadopsi tidak harus anak yang dibuang.

Baca Juga : 

“Ada lebih kurang 25 orang yang mau mengadopsi bayi itu [bayi yang dibuang di Wuryorejo]. Ada yang dari luar Wonogiri. Mereka ada yang mengaku belum punya anak meski usia pernikahan sudah mencapai belasan tahun. Ada juga yang beralasan sudah menikah sangat lama tetapi baru punya satu anak,” ujar Kurnia.


Baca Juga : 

Namun, Kurnia mengatakan kepada mereka ada banyak anak di Wonogiri yang perlu mendapat perhatian dan kasih sayang, yakni anak balita telantar dan anak telantar.


Baca Juga : 


Ia melanjutkan ada anak balita dan anak telantar di Wonogiri yang saat ini hidup di panti asuhan. Ada pula anak yang dirawat saudara atau kerabat. Bahkan, ada anak yang hidup mandiri, yakni tinggal bersama adik/kakak dan mencari nafkah sendiri.



Tahapan Adopsi
Masyarakat yang ingin mengadopsi bisa menempuh tahapan awal terlebih dahulu, yakni menjadi orang tua asuh, baik dengan cara mengasuh anak di rumah maupun mengasuh secara tidak langsung.




Mengasuh tidak langsung dapat dilakukan dengan memberi perhatian khusus kepada anak yang dirawat pihak tertentu atau panti asuhan. “Setelah ada kedekatan dengan anak, bisa diadopsi. Langkah ini atas kesepakatan antara calon orang tua angkat dan keluarga anak yang akan diadopsi. Tentu prosesnya harus sesuai prosedur pengangkatan anak,” terang Kurnia.



Selama pandemi Covid-19 ini ada anak yang menjadi yatim piatu lantaran orang tuanya meninggal dunia setelah terpapar virus tersebut.



Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri berencana membuat program khusus untuk mereka. Saat ini masih tahap inventarisasi anak yatim piatu karena orang tua meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 dan menyiapkan skema realisasi program.



Polres Wonogiri turut memberi perhatian kepada mereka dengan mengasuh empat anak, yakni satu SD, dua SMP, dan satu SMA. Polres memenuhi kebutuhan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau sederajat, seperti membiayai les, memberi peralatan sekolah, dan sebagainya. Langkah ini bagian dari Program Aku Sedulurmu.***
#Wonogiri #AnakTerlantar

Program Militer Dedi Mulyadi Dimulai: 39 Pelajar Nakal Resmi Jalani Pendidikan Karakter

Koran.co.id  – Sebanyak 39 siswa bermasalah asal Kabupaten Purwakarta resmi mengikuti program pendidikan karakter ala militer yang digagas oleh mantan Bupati Dedi Mulyadi. Program ini dimulai pada Kamis (1/5/2025) di barak militer Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, Kecamatan Bungursari, Jawa Barat. Keberangkatan para siswa ke barak militer diwarnai suasana haru dan penuh tangis dari para orang tua. Banyak dari mereka berharap anak-anak mereka bisa berubah menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab. “Saya ikhlas demi kebaikan anak. Semoga jadi rajin dan nurut,” ujar Elly, salah satu orang tua siswa, sambil menitikkan air mata. Program ini ditujukan bagi siswa yang kerap bermasalah di sekolah, seperti membolos, melawan guru, hingga terlibat pergaulan bebas. Begitu tiba di barak, para siswa menjalani pemeriksaan kesehatan dan psikologis. Setelah itu, mereka akan mengikuti rutinitas ketat seperti salat berjamaah, olahraga pagi, menjaga kebersihan, pola makan ter...