Head Line

Purbaya Effect Kerek Saham Rokok, Sektor Tembakau Jadi Primadona Investor

Purbaya Effect Kerek Saham Rokok, Sektor Tembakau Jadi Primadona Investor. (Beritasatu.com/Erfan Ma'ruf)
Jakarta, DKI Jakarta - Rabu, 24 September 2025 – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat lonjakan luar biasa pada saham sektor tembakau setelah dilantiknya Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan. Fenomena yang disebut “Purbaya Effect” ini membuat saham-saham rokok seperti HMSP (HM Sampoerna), GGRM (Gudang Garam), ITIC (Indonesia Tobacco), dan WIIM (Wismilak Inti Makmur) kompak meroket dalam beberapa hari perdagangan terakhir.

Kenaikan harga mencapai 66% hingga 116% sejak Purbaya resmi menjabat. Lonjakan ini menjadi salah satu penguatan sektor paling signifikan di pasar modal 2025.

Penyebab Lonjakan Harga Saham

Pemicunya adalah pernyataan Purbaya yang menyebut akan melakukan evaluasi ulang kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT). Pasar menganggap langkah ini sebagai sinyal bahwa tekanan terhadap industri rokok berpotensi berkurang.

Sebelumnya, kenaikan cukai yang cukup agresif selama beberapa tahun terakhir membuat profit margin emiten tembakau tergerus. Kini, investor melihat peluang perbaikan kinerja keuangan industri jika pemerintah mengadopsi kebijakan yang lebih realistis.

“Purbaya Effect bukan hanya euforia sesaat, tapi mencerminkan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan fiskal yang pro-industri,” ujar seorang analis pasar modal.

Dampak pada IHSG

Penguatan saham rokok memberi kontribusi positif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ikut menguat beberapa poin. Sektor barang konsumsi kini menjadi salah satu penopang utama indeks setelah sebelumnya tertahan oleh tekanan global.

Selain itu, peningkatan transaksi pada saham-saham rokok juga memicu likuiditas di pasar, menarik minat investor ritel maupun institusi.

Prospek Industri ke Depan

Jika hasil kajian ulang Purbaya menghasilkan kebijakan cukai yang lebih seimbang, kinerja emiten tembakau diprediksi terus membaik hingga akhir tahun. Hal ini berpotensi meningkatkan dividen bagi investor dan memperkuat daya tarik sektor ini.

Namun, analis tetap mengingatkan risiko koreksi jika kebijakan cukai tetap dinaikkan terlalu tinggi. “Fundamental jangka panjang tetap harus diperhatikan. Jangan hanya ikut euforia pasar,” tambah analis tersebut.

Fenomena Purbaya Effect memperlihatkan betapa sensitifnya pasar modal terhadap kebijakan fiskal pemerintah. Sektor tembakau kini menjadi primadona investor, namun keputusan final terkait kebijakan cukai akan menjadi penentu arah pergerakan saham ke depan.

Artikel ini telah tayang di 
Koran.co.id

0 Komentar

© Copyright 2022 - KORAN