Jakarta, DKI Jakarta - Kamis, 11 September 2025 – Gigitan anjing maupun kucing yang terinfeksi rabies bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Menurut WHO, rabies adalah penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat dan hampir selalu berujung kematian jika gejala klinis sudah muncul.
Lebih dari 95% kasus rabies pada manusia di dunia disebabkan oleh gigitan anjing. Meski demikian, kucing dan hewan mamalia lain juga dapat menularkan penyakit ini melalui air liur, gigitan, cakaran, atau jilatan pada luka terbuka.
Gejala Rabies
Rabies memiliki masa inkubasi 1–3 bulan, tetapi bisa lebih cepat. Gejala awal biasanya berupa:
• Demam, sakit kepala, lemas
• Rasa kesemutan di area gigitan
• Perubahan perilaku, cemas, atau agresif
Jika tidak ditangani, rabies berkembang menjadi:
• Kesulitan menelan (takut air)
• Kejang
• Kelumpuhan
• Kematian dalam hitungan hari
Langkah Pertama Setelah Digigit
WHO dan CDC merekomendasikan Post-Exposure Prophylaxis (PEP) atau pencegahan pasca paparan, yaitu:
1. Cuci luka segera dengan sabun dan air mengalir selama 10–15 menit.
2. Oleskan antiseptik seperti povidone-iodine atau alkohol 70%.
3. Segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin rabies dan, jika diperlukan, suntikan imunoglobulin rabies (SAR).
4. Amati hewan selama 10–14 hari. Jika hewan mati atau menunjukkan gejala rabies, segera laporkan ke dinas kesehatan atau peternakan.
Pencegahan Rabies
• Vaksinasi hewan peliharaan secara rutin.
• Hindari kontak dengan hewan liar atau yang tidak jelas status vaksinnya.
• Edukasi masyarakat tentang bahaya rabies dan langkah pertolongan pertama.
• Program vaksinasi massal hewan untuk mencegah penyebaran di populasi.
Pentingnya Kesadaran Masyarakat
Rabies masih menjadi masalah kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Dengan vaksinasi hewan minimal 70%, WHO menyebut penularan rabies ke manusia bisa ditekan secara signifikan.
Artikel ini telah tayang di
Koran.co.id
0 Komentar