Head Line

KDM Imbau ASN dan Warga Jabar Donasi Rp1.000 per Hari, Tujuannya untuk Gotong Royong Sosial

KDM Imbau ASN dan Warga Jabar Donasi Rp1.000 per Hari, Tujuannya untuk Gotong Royong Sosial. (Tangkapan layar YouTube)
Bandung, Jawa Barat - Minggu, 5 Oktober 2025 - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) menerbitkan surat edaran yang mengimbau aparatur sipil negara (ASN), pelajar, dan masyarakat Jawa Barat untuk ikut berdonasi Rp1.000 per hari. Gerakan ini diberi nama “Rereongan Sapoe Sarebu” atau Gerakan Satu Hari Seribu Rupiah yang bertujuan menumbuhkan solidaritas sosial dan budaya gotong royong di tengah masyarakat.

Surat edaran tersebut bernomor 149/PMD.03.04/KESRA dan diterbitkan pada 1 Oktober 2025. Dedi menjelaskan, ide ini muncul setelah banyak warga datang ke kediamannya di Lembur Pakuan, Subang, untuk meminta bantuan ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan.

“Gerakan ini bukan kewajiban, tapi ajakan untuk saling membantu. Seribu rupiah bukan angka besar, tapi kalau dilakukan bersama-sama bisa menolong banyak orang,” ujar Dedi Mulyadi dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (4/10).

Dana Donasi Akan Disalurkan untuk Pendidikan dan Kesehatan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan, seluruh dana yang terkumpul akan dikelola secara transparan dan akuntabel. Tak ada lembaga baru yang dibentuk, karena pengelolaan donasi akan dilakukan melalui dinas, sekolah, dan instansi pemerintah daerah masing-masing.

KDM menyebut, jika seluruh ASN dan warga Jabar menyumbang Rp1.000 per hari, potensi dana yang terkumpul bisa mencapai miliaran rupiah setiap bulan. Dana tersebut nantinya akan disalurkan untuk membantu warga miskin, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Respon Publik dan Kritik

Kebijakan ini menuai beragam tanggapan. Sebagian warga mendukung gagasan gotong royong tersebut, namun tak sedikit yang menilai imbauan donasi harian itu berpotensi membebani masyarakat kecil.

“Kami sudah bayar pajak, masa sekarang disuruh urunan lagi. Harusnya program seperti ini dibiayai dari anggaran pemerintah,” ujar Rivaldi, warga Bandung, dikutip dari Republika.

Beberapa pihak juga menyoroti perlunya pengawasan yang ketat agar dana donasi benar-benar digunakan untuk membantu warga yang membutuhkan.

KDM Tegaskan Bersifat Sukarela

Menanggapi kritik, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa gerakan ini bersifat sukarela dan tidak mengikat. Ia menyebut, semangat “Rereongan” atau tolong-menolong adalah nilai luhur masyarakat Sunda yang perlu dihidupkan kembali.

“Tidak ada paksaan sama sekali. Ini gerakan hati nurani, bukan pungutan wajib,” ujar Dedi.

Melalui program Rereongan Sapoe Sarebu, Pemprov Jabar berharap masyarakat dapat saling menguatkan dalam menghadapi kesulitan ekonomi dan menjaga semangat kebersamaan khas Jawa Barat.

Artikel ini telah tayang di
Koran.co.id

0 Komentar

© Copyright 2022 - KORAN