| Polusi Udara Dikaitkan dengan Risiko Demensia, Studi Terbaru Ungkap Fakta Mengejutkan. (Via: Dmanewsdesk.com) |
Jakarta, DKI Jakarta - Sabtu, 4 Oktober 2025 – Penelitian terbaru kembali memperingatkan bahaya polusi udara bagi kesehatan. Studi berskala besar menemukan bahwa paparan polusi udara, khususnya partikel halus PM2,5, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami demensia, terutama demensia badan Lewy (Lewy body dementia/LBD) yang menjadi jenis demensia kedua terbanyak setelah Alzheimer.
Riset Skala Besar di Amerika Serikat
Penelitian ini melibatkan lebih dari 56 juta data pasien Medicare di Amerika Serikat selama periode 2000–2014. Para ilmuwan menilai tingkat paparan polusi berdasarkan lokasi tempat tinggal pasien. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan kuat antara paparan PM2,5 jangka panjang dengan meningkatnya risiko demensia.
Uji pada Hewan Perkuat Bukti
Tidak hanya pada manusia, riset ini juga diuji pada tikus. Hewan yang dipaparkan PM2,5 jangka panjang mengalami kerusakan otak, penurunan kognitif, dan pembentukan protein alpha-synuclein yang abnormal — protein yang dikenal sebagai penyebab utama demensia badan Lewy.
Sebaliknya, tikus yang tidak memproduksi protein tersebut terbukti lebih terlindungi. Temuan ini memperlihatkan bukti biologis bahwa polusi udara berperan aktif dalam mempercepat kerusakan otak.
Polusi Udara Bisa Dikendalikan
Para peneliti menegaskan, tidak seperti faktor usia atau genetika, polusi udara adalah faktor risiko yang masih bisa dicegah. Melalui kebijakan publik, pengendalian emisi, serta kesadaran masyarakat, risiko demensia di masa depan dapat ditekan.
Meski demikian, para ahli mengingatkan adanya keterbatasan studi, termasuk perbedaan tingkat paparan antara manusia dan hewan. Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk memperkuat temuan ini.
Peringatan untuk Masyarakat
Studi ini menjadi alarm bagi masyarakat bahwa kualitas udara berkaitan erat dengan kesehatan otak. Mengurangi aktivitas penyumbang polusi, beralih ke transportasi ramah lingkungan, serta menjaga lingkungan hidup menjadi langkah penting demi mencegah penyakit neurodegeneratif di masa depan.
Artikel ini telah tayang di
Koran.co.id
0 Komentar