Head Line

ASPEBINDO Energy Executive Forum 2025 Dorong Kolaborasi Pemerintah Industri Menuju Swasembada Energi

ASPEBINDO Energy Executive Forum 2025 Tekankan Kolaborasi Pemerintah Industri Menuju Swasembada Energi Nasional
Jakarta, DKI Jakarta - Selasa, 18 November 2025 - Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) bersama Indonesian Petroleum Association (IPA) resmi menggelar ASPEBINDO Energy Executive Forum 2025, sebuah forum strategis yang mempertemukan pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas ketahanan, investasi, dan arah kemandirian energi nasional.

Acara ini dimoderatori oleh Ali Nasir dari IPA dan dihadiri perwakilan sejumlah asosiasi, seperti APBI, pelaku industri EBT, perusahaan migas dan minerba, lembaga keuangan, hingga akademisi energi dari berbagai institusi.

Kolaborasi Pemerintah–Industri Jadi Kunci Swasembada Energi

Ketua Umum ASPEBINDO, Dr. Anggawira, M.M., M.H., membuka forum dengan menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan kolaborasi lebih solid antara pemerintah, industri, dan asosiasi untuk memastikan ketahanan energi jangka panjang.

Anggawira menyoroti persoalan aktual terkait pasokan batu bara untuk PLN yang dinilai belum sesuai kebutuhan operasional.

“PLN menghadapi dinamika harga batu bara yang tidak match dengan struktur kebutuhan mereka. Harapannya forum ini menemukan titik temu harga yang ideal dan berkeadilan bagi semua pihak,” ujarnya.

Ia menyebut sektor energi merupakan komitmen utama Presiden Prabowo Subianto, termasuk optimalisasi migas, minerba, dan energi masyarakat sebagai future business strategis Indonesia.

212 Peserta Hadir, Forum Dorong Kolaborasi Energi Nasional

Ketua Panitia, Mahendra, melaporkan bahwa forum tahun ini dihadiri 212 peserta dari berbagai sektor, menunjukkan besarnya minat terhadap isu ketahanan energi.

“Forum ini bukan hanya ruang dialog, tetapi wadah kolaborasi. Kami berharap kegiatan ini menghasilkan insight strategis dan kerja sama konkret bagi masa depan energi Indonesia,” jelasnya.

Industri Batu Bara: Produksi Capai 90% Target, Tantangan Tetap Besar

Paparan sektor batu bara disampaikan oleh Gita Mahyarani (Plt. Direktur Eksekutif APBI) dan Singgih Widagdo.
Gita mengungkapkan bahwa produksi batu bara nasional sudah mencapai sekitar 90% dari target tahunan, namun industri masih menghadapi tantangan besar seperti:

• kendala RKAB,

• perizinan,

• kebutuhan menyeimbangkan pasar domestik dan ekspor.

Sementara itu, Singgih menambahkan bahwa:

• biaya produksi terus meningkat,

• banyak tambang yang sudah tua,

• dinamika pasar global dari Cina dan India masih mempengaruhi harga,

• DMO dan kebijakan harga harus lebih berkeadilan agar industri tetap berkelanjutan.

Outlook Migas: Produksi Menurun, 50% Potensi Belum Dieksplorasi

Dari sektor migas, Marjolin Wajong dari IPA memaparkan bahwa kebutuhan minyak dan gas Indonesia akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Namun, tren produksi justru menurun.

“Sekitar 50% potensi migas Indonesia belum dieksplorasi. Potensi besar ini membutuhkan biaya dan teknologi tinggi. Indonesia harus semakin kompetitif menarik investor global,” ujarnya.

IPA menekankan perlunya:

• kepastian kontrak jangka panjang,

• revisi regulasi migas,

• iklim investasi yang lebih ramah,

• percepatan modal untuk eksplorasi dan produksi.

Energi Terbarukan: PLTS Atap hingga Waste-to-Energy Bisa Dipercepat

Pada sesi energi bersih, Fabby Tumewa (IESR) menyoroti peluang percepatan EBT melalui:

• PLTS atap,

• biofuel,

• waste-to-energy,

• co-firing biomassa di PLTU.

Fabby menegaskan bahwa ketersediaan energi bersih dengan harga terjangkau menjadi faktor penting dalam menarik investasi global.

“Tanpa energi bersih yang kompetitif, investor akan mencari tempat lain,” ujarnya.

Harga Energi Harus Seimbang: Dampak ke Ekonomi dan Industri

Akademisi energi dari Trisakti, Komaidi Notonegoro, mengingatkan bahwa penetapan harga energi harus mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan industri.

Kenaikan harga energi akan berdampak pada daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, harga energi yang terlalu rendah dapat merugikan pelaku industri dan mengancam ketahanan energi nasional.

Forum Dorong Rekomendasi Kebijakan dan Sinergi Bisnis Energi

Melalui ASPEBINDO Energy Executive Forum 2025, seluruh asosiasi dan pelaku industri berharap forum ini menghasilkan:

• rekomendasi kebijakan strategis,

• harmonisasi regulasi,

• sinergi bisnis antar-sektor,

• langkah konkret menuju ketahanan dan kemandirian energi Indonesia.

Forum ini menjadi momentum penting membangun ekosistem energi yang kuat, kompetitif, dan berkelanjutan di tengah meningkatnya kebutuhan energi nasional.

Artikel ini telah tayang di 
Koran.co.id
© Copyright 2022 - KORAN